SUMBER PELUANG USAHA BISA DARI MANA SAJA
"
Berwirausaha memang tidak ada matinya. Orang selalu membutuhkan makanan setiap hari. Tetapi walaupun setiap hari kita membutuhkan makanan tidak semua makanan kita konsumsi semuanya. Makanan yang kita konsumsi selalu terbatas. Sesuatu yang membatasinya adalah kapasitas perut, selera, standart gizi, dan sebagainya. Dalam berwirausaha makanan tentunya kita harus jeli dalam menangkap peluang. Peluang tergantung pada kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan adalah sesuatu yang wajib ada. Keinginan adalah kebutuhan sekunder. Keinginan biasanya muncul akibat dari selera seseorang. Baik kebutuhan dan keinginan akan berpotensi untuk menjadi sebuah peluang bagi seorang pebisnis. Makanan adalah jargon utama dalam mengundang selera manusia untuk mengkonsumsinya. Kita bisa lihat di sekitar kita seberapa banyak orang berjualan makanan? Mulai dari kaki lima sampai restoran, makanan dijual dengan berbagai bentuk dan cita rasa. Atau dengan kata lain adalah kreatifitas. Kreatifitas akan muncul dalam diri seseorang jika orang tersebut selalu mengamati, berfikir, dan berpengalaman. Selanjutnya, bagaimana membuat sesuatu yang kita amati dan kita alami selama ini menjadi sebuah peluang? Tentu itu membutuhkan proses yang panjang. Peluang tewujud manakala sebuah rancangan bisnis terbukti sukses membuahkan sebuah profit. Biasanya seorang bisa sukses setelah melalui kegagalan-kegagalan. Kegagalan akan membuat orang tersebut merubah pola bisnisnya sehingga menjadi sebuah keberhasilan. Proses tersebut sekaligus menjadi seleksi bagi orang yang ingin sukses berwirausaha.
Kembali kepada wirausaha makakan. Selain produk kebutuhan pokok seperti 4 sehat lima sempurna, makanan kreatif seperti cemilan juga terbukti banyak yang sukses dan mengantarkan pelakunya menjadi berpenghasilan tinggi. Para franchishor cemilan sudah banyak yang membuktikannya. Para pedagang kaki lima yang hanya mempunyai 1 atau 2 gerobak juga tidak bisa kita anggap remeh. Coba Anda teliti pedagang martabak di dekat rumah Anda. Tanya berapa omzetnya? Rata-rata 40 martabak terjual setiap hari. Kalau harga martabak rata-rata Rp.12.000,- maka omzetnya adalah Rp.480.000,-. Dikalikan 1 bulan adalah Rp.14.400.000,-. Jika tingkat keuntungannya 40% maka profit yang diperoleh adalah Rp.5.760.000,-. Wooow..fanatastis bukan? Hasilnya melebihi gaji pegawai negeri gol III A. Itu bisa berlaku untuk pedagang produk cemilan lain. Tentunya para pedagang itu tidak sekonyong-konyong bisa berhasil. Mereka sudah punya kemampuan dan pengalaman cukup untuk berani terjun berjualan. Tidak sedikit juga mereka gagal. Jika kegagalan pernah kita alami apakah kita kapok atau lanjut terus untuk berdagang? Itu semua tergantung menttal kita. Jika kita berhenti maka selesailah impian kita untuk menjadi pengusaha sukses. Jika kita belajar dari kegagalan dan berlanjut terus usaha dagangnya, maka insya Allah kita akan menjadi pengusaha sukses.
Banyak orang sukses menempuh titik sukses dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang cepat adal yang lambat. Ada yang dengan cara sendiri atau dengan cara orang lain. Dengan cara orang lain biasanya mereka bergabung dengan sistem fanchise. Cara ini memungkinkan orang untuk lebih cebat memulai usahanya. Karena sistem yang dijalankan hanya menduplikasi sistem yang telah sukses. Untuk franchise biasanya biayanya lebih mahal karena franchisor biasanya memberlakukan franchise fee diawal investasinya. Pemerintahpun memberlakukan peraturannya lebih ketat terkait dengan usaha franchise. Bagi yang bermodal kecil jangan berkecil hati ya.. karena banya pengusaha yang memberikan tawaran kerjasama kemitraan dengan modal kecil. Mungkin tawaran tersebut bukan tawaran sebagaimana kerjasama franchise tertapi kemitraan yang hanya berbentuk BO (business oportunity) atau peluang usaha. Peluang usaha muncul karena keyakinan yang tinggi bahwa usahanya akan sukses. Asal kedua belah pihak saling memahami dan punya komitmen bersama saya kira kerjasama ini sah dan tidak melanggar hukum. Kecuali jika salah satu diantaranya mempunyai i'tikad tidak baik. Untuk itu dialog-dialog harus dilakukan sampai tuntas sebelum kerjasama dilakukan.
Demikian artikel ini kami tulis. Semoga bermanfaat...
Ditulis hari Senin tanggal 1 Oktober 2013
"
Berwirausaha memang tidak ada matinya. Orang selalu membutuhkan makanan setiap hari. Tetapi walaupun setiap hari kita membutuhkan makanan tidak semua makanan kita konsumsi semuanya. Makanan yang kita konsumsi selalu terbatas. Sesuatu yang membatasinya adalah kapasitas perut, selera, standart gizi, dan sebagainya. Dalam berwirausaha makanan tentunya kita harus jeli dalam menangkap peluang. Peluang tergantung pada kebutuhan dan keinginan manusia. Kebutuhan adalah sesuatu yang wajib ada. Keinginan adalah kebutuhan sekunder. Keinginan biasanya muncul akibat dari selera seseorang. Baik kebutuhan dan keinginan akan berpotensi untuk menjadi sebuah peluang bagi seorang pebisnis. Makanan adalah jargon utama dalam mengundang selera manusia untuk mengkonsumsinya. Kita bisa lihat di sekitar kita seberapa banyak orang berjualan makanan? Mulai dari kaki lima sampai restoran, makanan dijual dengan berbagai bentuk dan cita rasa. Atau dengan kata lain adalah kreatifitas. Kreatifitas akan muncul dalam diri seseorang jika orang tersebut selalu mengamati, berfikir, dan berpengalaman. Selanjutnya, bagaimana membuat sesuatu yang kita amati dan kita alami selama ini menjadi sebuah peluang? Tentu itu membutuhkan proses yang panjang. Peluang tewujud manakala sebuah rancangan bisnis terbukti sukses membuahkan sebuah profit. Biasanya seorang bisa sukses setelah melalui kegagalan-kegagalan. Kegagalan akan membuat orang tersebut merubah pola bisnisnya sehingga menjadi sebuah keberhasilan. Proses tersebut sekaligus menjadi seleksi bagi orang yang ingin sukses berwirausaha.
Kembali kepada wirausaha makakan. Selain produk kebutuhan pokok seperti 4 sehat lima sempurna, makanan kreatif seperti cemilan juga terbukti banyak yang sukses dan mengantarkan pelakunya menjadi berpenghasilan tinggi. Para franchishor cemilan sudah banyak yang membuktikannya. Para pedagang kaki lima yang hanya mempunyai 1 atau 2 gerobak juga tidak bisa kita anggap remeh. Coba Anda teliti pedagang martabak di dekat rumah Anda. Tanya berapa omzetnya? Rata-rata 40 martabak terjual setiap hari. Kalau harga martabak rata-rata Rp.12.000,- maka omzetnya adalah Rp.480.000,-. Dikalikan 1 bulan adalah Rp.14.400.000,-. Jika tingkat keuntungannya 40% maka profit yang diperoleh adalah Rp.5.760.000,-. Wooow..fanatastis bukan? Hasilnya melebihi gaji pegawai negeri gol III A. Itu bisa berlaku untuk pedagang produk cemilan lain. Tentunya para pedagang itu tidak sekonyong-konyong bisa berhasil. Mereka sudah punya kemampuan dan pengalaman cukup untuk berani terjun berjualan. Tidak sedikit juga mereka gagal. Jika kegagalan pernah kita alami apakah kita kapok atau lanjut terus untuk berdagang? Itu semua tergantung menttal kita. Jika kita berhenti maka selesailah impian kita untuk menjadi pengusaha sukses. Jika kita belajar dari kegagalan dan berlanjut terus usaha dagangnya, maka insya Allah kita akan menjadi pengusaha sukses.
Banyak orang sukses menempuh titik sukses dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang cepat adal yang lambat. Ada yang dengan cara sendiri atau dengan cara orang lain. Dengan cara orang lain biasanya mereka bergabung dengan sistem fanchise. Cara ini memungkinkan orang untuk lebih cebat memulai usahanya. Karena sistem yang dijalankan hanya menduplikasi sistem yang telah sukses. Untuk franchise biasanya biayanya lebih mahal karena franchisor biasanya memberlakukan franchise fee diawal investasinya. Pemerintahpun memberlakukan peraturannya lebih ketat terkait dengan usaha franchise. Bagi yang bermodal kecil jangan berkecil hati ya.. karena banya pengusaha yang memberikan tawaran kerjasama kemitraan dengan modal kecil. Mungkin tawaran tersebut bukan tawaran sebagaimana kerjasama franchise tertapi kemitraan yang hanya berbentuk BO (business oportunity) atau peluang usaha. Peluang usaha muncul karena keyakinan yang tinggi bahwa usahanya akan sukses. Asal kedua belah pihak saling memahami dan punya komitmen bersama saya kira kerjasama ini sah dan tidak melanggar hukum. Kecuali jika salah satu diantaranya mempunyai i'tikad tidak baik. Untuk itu dialog-dialog harus dilakukan sampai tuntas sebelum kerjasama dilakukan.
Demikian artikel ini kami tulis. Semoga bermanfaat...
Ditulis hari Senin tanggal 1 Oktober 2013
0 komentar:
Posting Komentar